Jumat, Maret 14, 2025
Google search engine
BerandaBeritaGoa Masigit Sela, Wisata Eksotis di Pulau Nusakambangan

Goa Masigit Sela, Wisata Eksotis di Pulau Nusakambangan

KARAWANG | ARTOS ARTNEWS | (10/2/2025) Ada hal menarik saat menepi di sungai, tepatnya selat yang dibentuk oleh gugusan pohon Mangrove sejenis Bakau (Rhizophora) di kanan-kiri jalur perahu, kapal kecil bermesin tunggal, dimana lokasi wisata religi Goa Masigit Sela berada. Tepatnya di lingkungan RT 02 RW 12 dusun Mangunjaya, desa Ujungalang, kecamatan Kampunglaut, bertetanggaan dengan pulau Nusakambangan, kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Suasana perkampungan nelayan yang jarang penghuni, dengan rumah penduduk yang jauh dari padat pemukiman, sebagian rumah panggung — sebagai adaptasi air laut pasang dalam perharinya. Beberapa titik sisa genangan air nampak seperti rawa di kanan-kiri jalan kampung yang nyaris tak layak, selain jalanan rusak beberapa titik jalan tergenang air dan nampak licin jika dilewati.

Para peziarah atawa pengunjung lokasi wisata religi Gia Masigit Sela wajib mendaftar di loket karcis — mereka menyebutnya “Pos Keamaan”, dengan dikenai harga tiket 10.000 rupiah per orang. Lalu peziarah menyusur jalan kampung sekitar 200 meter menuju lokasi, kemudian dikenai biaya tiket kedua di loket depan lokasi wisata 10.000 rupiah per kepala.

Tetapi amat disayangkan, lantaran fasilitas jalan tidak memadai untuk sebuah lokasi wisata (religi) walau harga tiket masuk masih terjangkau dengan harga rata-rata, selain papan penunjuk arah yang ala kadarnya juga fasilitas toilet dan kamar mandi serta tempat berwudhu yang terbatas dan minim air.

Namun itu semua tidaklah jadi halangan bagi para peziarah, walau keluhan itu cukup dirasakan saat Awak Media kongkow-kongkow dengan salah seorang Kuncen (juru kunci) di rumah kediamannya. “Kami beberapa orang kuncen dan tim kerja di sini sudah berupaya membangun fasilitas umum dengan bertahap,” kata Ki Paryono. “Dan ini akan terus berlanjut dengan sekuat kemampuan kami walau dilakukan dengan cara swadaya,” tambahnya.

Memprihatinkan memang, sebuah lokasi wisata religi yang unik dan eksotis, dengan bentuk goa dengan interior di dalamnya menyerupai bangunan masjid (masigit – bahasa Jawa), nampak kurang perhatian dari Pemerintah Daerah, barangkali Dinas-dinas terkait yang berhubungan dengan Pariwisata perlu turun tangan, mengkaji ulang melakukan reserch untuk perkembangan sebuah aset wisata demi kesejahteraan warga setempat, pertahanan ekonomi warga dengan mengucurkan dana untuk pengembangan Desa Wisata*) — agar selaras dengan sila ke 5 Pancasila, tentunya.

Situs Perlawanan Kerajaan Mataram

 

Di dinding teras goa terpampang parasasti marmer bertulisan hurup Jawa (Hanacaraka) dengan tandatangan Pakubuwono X serta lambang Kasultanan Surakarta, sebagai pengingat dari sebuah situs perlawanan kerajaan Mataram terhadap penjajahan Hindia Belanda pada abad 19. Pada saat itu, goa Masigit Sela sebagai tempat “nenepi”, tirakat serta sembahyang para pejuang Mataram, juga salah seorang pejuang Pangeran Diponegoro pernah melakukan tirakat di dalam goa tersebut.

Goa dengan bentuk interior kubah mesjid pada langit-langitnya dan beberapa ceruk sebagai mimbar serta serba batu (batu karang dengan beberapa stalaktit — batu tetes juga stalagmit) sesuai dengan namanya “Masigit Sela” — Masigit berarti masjid dan Sela artinya batu, seakan masjid tersebut terbuat dari batu yang dipahat. Ditambah ada sebuah pilar batu di bagian tengah ‘masjid’ dari atap sampai lantai goa berdiameter tak beraturan, pilar batu ini bisa dipeluk pengunjung sebagai penanda keberuntungan, dengan ciri-ciri yang khas.

Di teras goa terdapat semacam Altar, penuh dengan sisa pedupaan dan bakaran kemenyan, serta sesaji (sesajen); kembang setaman dan lain-lain. Para peziarah dituntun oleh seorang Kuncen untuk melakukan tata cara serta adab ritual atau hanya sebatas melihat-lihat keindahan goa sebagai keajaiban alam — karya Tuhan yang indah dan eksotis. Tidak sedikit para pengunjung melakukan ritual untuk masing-masing “hajat”-nya, keinginan serta doa-doa yang dipanjatkan pada Tuhan dengan titik ordinat sebuah tempat ‘wingit’, keramat yang bernama Goa Masigit Sela. Konon, beberapa artis tanah air pun pernah berkunjung ke goa tersebut, selain Presiden Sukarno, di masa sebelum kemerdekaan.

Tentu saja lokasi Goa Masigit Sela yang berjarak 16,6 km dari pelabuhan Sleko, Cilacap, menyajikan pemandangan laut, dengan selat di kanan-kiri jalur perahu ditumbuhi pohon mangrove, menambah petualangan kian mengasyikan sekaligus menantang. (Jun)

Sumber: * 1). https://jatengprov.go.id

Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Provinsi Jawa Tengah kembangkan desa wisata. Tahun 2022 anggaran bantuan desa wisata dialokasikan Rp18,5 miliar.

Bantuan untuk desa wisata sejak 2020, berupa bantuan keuangan  yang diberikan kepada pemerintah desa Rp18,5 miliar untuk 100 desa. 2021 Rp 32 miliar untuk 260 desa.

Bantuan di tahun 2022, Rp1 miliar untuk desa wisata maju, Rp500 juta untuk desa wisata berkembang, dan Rp100 juta untuk desa wisata rintisan.

 

2). Antara, 20/7/2019

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bakal mengucurkan anggaran sebesar Rp1 miliar untuk tiap desa wisata sebagai upaya pengembangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Ada 500 desa wisata, namun saat ini Jawa Tengah memiliki 229 desa wisata yang tersebar di 35 kabupaten/kota. Untuk menstimulasinya Pemprov Jateng bakal mengucurkan anggaran sebesar Rp1 miliar untuk setiap desa wisata.

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments